Canda Rasulullah, Canda Penuh Makna

25.1.10
Artikel Islam

Walaupun Rasulullah seorang yang tegas, bijaksana dan berwibawa, tapi Rasulullah juga dapat bercanda dengan para shahabat. Tetapi ada yang membedakan canda Rasulullah dengan canda orang - orang lain, ya Rasulullah bercanda dengan kejujuran, penuh manfaat, dan tidak menyakiti perasaan orang.

Banyak kisah yang menjelaskan canda Rasulullah, berikut diantaranya....




1) Anak Unta

Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Salam, dan dia meminta agar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Salam membantunya mencari unta untuk memindahkan barang-barangnya.

Rasulullah berkata : "Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana".

Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul beban yang berat.

"Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?"

Rasulullah menjawab, "Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta"

Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi. Sanad sahih)


2) Wanita Tua & Syurga

Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: "Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?"

Rasulullah menjawab : "Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua".

Perempuan itu menangis mengingat nasibnya Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi'ah ayat 35-37 Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya".(riwayat At Tirmidzi, hadist hasan)

3) Pelukan Rasulullah

Seorang sahabat bernama Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya, begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, "Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya".
Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat.
Zahir : "Heii......siapa ini?? lepaskan aku!!!", Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah. Zahir-pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih meng-eratkan pelukan Rasulullah.
Rasulullah berkata : "Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??"
Zahir : "Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai dipandangan mereka"
Rasulullah : "Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir. Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?"
Zahir pun makin mengeratkan tubuhnya dan merasa damai dipelukkan Rasulullah. (Riwayat Imaam Ahmad bin Hambal dari Anas rodiyallahu anhu)

Read more ...

Kisah Ummu Sulaim, Wanita yang Sholihah

20.1.10
Artikel Muslimah

Sebuah cerita salah satu wanita sholihah pada jaman Rosulullah, mungkin dengan membaca ceritanya kita dapat termotivasi untuk terus dekat dengan
Sang Pencipta Allah Azza wa Jalla.

Ummu Sulaim, istri dari Abu Thalhah. Ada yang menyebut dengan Gumaysho dan ada pula yang menyebutnya dengan Rumaysa.

Ia seorang wanita keturunan bangsawan dari kabilah Anshar suku Khazraj memiliki sifat keibuan dan berwajah manis menawan. Selain itu ia juga berotak cerdas penuh kehati-hatian dalam bersikap, dewasa dan berakhlak mulia, sehingga dengan sifat-sifatnya yang istimewa itulah pamannya yang bernama Malik bin Nadhar melirik dan mempersuntingnya. Rumaisha Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Malik adalah satu dari wanita saliha yang memiliki kedudukan istimewa di mata Rasulullah.


Allah berkehendak menguji keduanya ( pasangan Abu Thalhah dan Ummu Sulaim ) dengan seorang anak yang rupawan dan dicintai, suatu ketika Abu Umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahnya apabila kembali dari pasar, pertama kali yang dia kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum merasa tenang sebelum melihat anaknya.

Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal. Maka ibu mi’minah yang sabar ini ( Ummu Sulaim ) musibah dengan jiwa yang ridha dan baik. Sang ibu membaringkannya di tempat tidur sambil senantiasa mengulangi, ” inna lillahi wa inna ‘ilaihi raji’un.” Beliau berpesan kepada anggota keluarganya ” jangan kalian menceritakan kepada Abu Thalhah hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya”

Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya, kemudian dengan bersemangat menyambut suaminya dan menjawab pertanyaan seperti biasanya,” Apa yang dilakukan oleh anakku?” Beliau menjawab,” Dia dalam keadaan tenang”

Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat sehingga Abu Thalhah berembira dangan ketenangan dan kesehataannya, dan dia tidak mau mendekat karena khawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulaim mendekati beliau dan mempersiapkan makan malam baginya, lalu beliau makan dan minum sementara Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan yang lebih cantik daripada hari – hari sebelumnya, beliau mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi – wangian, kemudian keduanyapun berbuat sebagaimana layaknya suami istri.

Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan telah mencampurinya serta merasa tenang terhadap keadaan anaknya maka beliau memuji Allah karena beliau tidak membuat risau suaminya dan beliau biarkan suaminya terlelap dalam tidurnya.

Tatkala di akhir malam beliau berkata kepada suaminya,
” Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipannya tersebut, maka bolehkah keluarga tersebut menolaknya?” Abu Thalhah menjawab,” Tentu saja tidak boleh” Kemudian Ummu Sulaim Berkata lagi ,” Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?” Abu Thalhah berkata,” Berarti mereka tidak adil” Ummu Sulaim berkata,” Sesungguhnya anakmu adalah titipan Allah dan Allah telah mengambilnya, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalhnya anakmu”.

Abu Thalhah tak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah,” Kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?”

Beliau ulang – ulang kata – kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja’ ( inna lillahi wa inna ‘laihi ra ji’un ) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur – angsur jiwanya tenang.

Keesokan harinya beliau pergi menghadap Rasulullah - shalallahu ‘alaihi wa sallam- dan mengabarkan kepada Rasulullah - shalallahu ‘alaihi wa sallam- tentang apa yang telah terjadi, kemudian Rasulullah - shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

بارك الله لكما فى ليلكما


" Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua "

Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau utus Anas bin Malik untuk membawanya kepada Rasulullah - shalallahu ‘alaihi wa sallam- selanjutnya Anas berkata," Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ummu Sulaim telah melahirkan tadi malam" Maka Rasulullah - shalallahu ‘alaihi wa sallam- mengunyah kurma dan mentahnik ( yakni menggosokkan kurma yang telah dikunyah ke langit - langit mulut si bayi). Anas berkata," Berikanlah nama baginya ya Rasulullah!" Beliau - shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda," Namanya Abdullah"[1]

Usabah, salah seorang rijal sanad berkata," Aku melihat dia memiliki tujuh anak yang kesemuanya hafal al-Qur'an"[2]

Dikutip dari buku " Mereka adalah Para Shahabiyah ( kisah - kisah wanita menakjubkan yang belum tertandingi hingga hari ini)"

Sumber : tokoihya.com


Catatan Kaki :
[1] Lihat jalan hadist yang bermacam - macam dalam Thabaqat Ibnu Sa'ad VIII/431 dan 432, al-Bukhari dalam Awwalul Aqidah VI/215. Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam Fadha'iulush Shahabah pada bab " Keutamaan Abu Thalhah", no 2144 dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad III/196 dan 287

[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat VIII/434 dan rijalnya tsiqah ( dapat dipercaya )


Read more ...

Dia Tetap Berpegang kepada jilbabnya, Walaupun Kapal akan Tenggelam

14.1.10
ARTIKEL MUSLIMAH

Artikel ini saya ambil dari pesan sebuah group facebook cerita mengenai seorang wanita yang tetap berpegang teguh pada Islamnya, walaupun kapal yang ia dan suaminya tunggangi akan tenggelam. Simak kisahnya...



Sebuah kisah tentang wanita Mesir yang bersama suaminya akan menunaikan ibadah haji. Mereka datang melalui jalan laut. Mereka tiba dan menunaikan manasik haji.

Mereka thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i, meminum air zam-zam, dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka tiada henti-hentinya meneteskan air mata, hingga kembali pulang menuju negeri mereka melalui jalan laut. Suaminya berkata, “Kami berada di dalam sebuah ruangan kamar kapal laut. Ada saya, istri dan anak-anak saya.”

Ketika itu kami sedang bercengkerama, tiba-tiba terdengar teriakan keras dan hentakan telapak kaki. Saya pun keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata semua orang berteriak dengan keras, “Kapal akan tenggelam. Kapal akan tenggelam!”

Dengan penuh ketakutan, saya secepatnya kembali ke kamar dan berkata kepada istri saya, “Kita harus segera keluar, kapal ini akan tenggelam, kapal ini akan tenggelam!” Tapi istri saya menolak, “Tidak, aku tidak akan keluar.”

“Apa yang kamu katakan? Apa kamu sudah gila? Apa akalmu telah hilang? Kapal ini akan tenggelam, kamu ingin mati?”

Dia menjawab, “Aku tidak akan keluar sebelum aku mengenakan jilbabku dengan sempurna.”




Saya berusaha menjelaskan kepadanya bahwa orang-orang saat ini tidak akan sempat memandang wanita, karena sedang berada dalam bencana yang besar.

Istriku menjawab, “Aku tidak akan berdebat dalam perkara ini dan janganlah engkau mendebatku dalam masalah ini. Demi Allah, aku tidak akan keluar dari kamar ini kecuali aku telah mengenakan jilbabku dengan sempurna, jilbab yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.”

Aku pasrah dengan realita yang terjadi. Maka dia mengenakan jilbabnya. Saat itu orang-orang saling mendorong ingin menye-lamatkan diri mereka masing-masing.

Lalu dia mengenakan jilbabnya yang mengagumkan. Saat itu istriku tampak sangat tenang. Tidak terlihat tanda-tanda gelisah, takut, dan bersedih. Kemudian kami keluar dan ia telah mengenakan jilbabnya dengan sempurna. Aku memegang tangannya dan ia memegang erat tanganku.”

Tiba-tiba istriku bertanya, “Wahai suamiku, apakah engkau ridha kepadaku?” Aku pun menjawab,”Ya.”

Sungguh aku merasa aneh dengan pertanyaannya. Apakah ini saat yang tepat dia bertanya begitu?”

Dengan jawabanku itu, istriku merasa gembira dan aman. Ia menyunggingkan senyuman. Lalu kami pergi untuk mencari keselamatan. Akan tetapi kami dipisahkan oleh ombak yang besar. Akhirnya kapal kami pun tenggelam.

Tak lama kemudian datanglah tim penyelamat. Mereka menyelamatkan orang-orang yang masih bisa diselamatkan dan tidak mampu menyelamatkan sisanya.

Saya termasuk orang yang selamat. Saya dan anak-anak mencari istri saya di tengah orang-orang yang selamat, namun saya tidak menemukannya. Lalu saya pergi ke tempat para jenazah korban yang tenggelam. Saya mendapatkannya dalam keadaan telah mati dalam jilbabnya.

Laa ilaaha illallah…
Betapa jauhnya para wanita kita dibanding wanita ini. Salah seorang dari mere­ka keluar rumah dengan merasa aman, bebas, dan tenang. Dengan perasaan seperti itu, ia keluar ke pasar dengan memperlihatkan kepalanya, memakai wewangian, berdandan, dan menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya.

Sebaliknya, wanita yang dalam bahaya dan bencana besar ini tetap berpegang kepada jilbabnya. Saya tidak ingin mengomentari sikap ini. Akan tetapi saya ingin menyerukan kepada saudari-saudari yang beriman, “Bertakwalah (takutlah) kepada Allah dalam jilbab anda. Manakah yang anda pilih, jilbab anda atau Neraka? Bertakwalah kepada Allah tentang simbol kesucian dan kehormatan ini.

Janganlah meninggalkan bagaimanapun keadaan dan perihal anda. Takut terhadap su’ul khatimah (akhir hidup yang jelek) adalah kebiasaan para ulama dan merupakan sesuatu yang mengejutkan orang-orang shalih.

Sahl bin Abdullah At-Tustury berkata, “jilbabmu atau Neraka? Bertakwalah kepada Allah dalam masalah simbol kesucian dan kehormatan. Jangan melepaskannya bagaimanapun kondisi dan keadaanmu…”

Takut terhadap su’ul khatimah (akhir hidup yang jelek) adalah kebiasaan para ulama dan sesuatu yang mengejutkan orang-orang shalih.

Sahl bin Abdullah At-Tustury berkata, “Takutnya Shiddiqin terhadap su’ul khatimah ini terjadi pada setiap detak jantungnya dan setiap gerakan. Mereka itulah yang disifati oleh Allah subhanahu wa ta`ala dengan firman-Nya, “Dengan hati yang takut”. (QS. Al-Mukminun: 60)

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Sesungguhnya rasa takut terhadap khatimah (akhir hayat) telah menggagalkan tampilnya orang-orang yang bertakwa, dan seakan-akan orang-orang yang berbuat dosa lagi zhalim telah menandatangani kontrak keamanan.

Orang-orang yang bertakwa takut kepada su’ul khatimah, sedangkan orang-orang yang banyak dosa seakan-akan pada diri mereka terdapat jaminan keamanan. Sufyan menangis pada suatu malam dan dia semakin banyak menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, “Semua ini karena anda takut terhadap dosa?”

Beliau mengambil sebuah piring besar di tangannya lalu berkata, “Demi Allah, dosa itu terasa lebih ringan bagiku daripada ini, akan tetapi saya menangis karena takut terhadap su’ul khatimah.”

Maka hendaknya kita takut terhadap su’ul khatimah. Nabi Shalallahu Alayhi wa Sallam di dalam hadits yang shahih bersabda, “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian benar-benar mengerjakan pekerjaan ahli Surga, sehingga tidak ada (jarak) antara dia dan Surga itu kecuali sehasta saja. Namun ia telah di dahului oleh ketentuan (takdir) Allah atasnya. Lalu ia mengerjakan pekerjaan ahli Neraka, maka ia pun masuk Neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian mengerjakan pekerjaan ahli Neraka, sehingga tak ada (jarak) antara dia dan Neraka, kecuali sehasta saja, maka ia didahului oleh ketentuan (takdir) Allah atasnya. Lalu ia mengerjakan pekerjaan ahli Surga, maka ia pun masuk ke dalam Surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya amalan itu tergantung pada akhirnya. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu me­rasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat: 30)


Semoga cerita tersebut dapat memberi kita kekuatan untuk tetap berpegang teguh di Jalan Allah....


Sumber : Buku Saudariku Kapan Kembali ke Jalan Tuhanmu.

Grup Fsi Al-Kautsar Unj

Read more ...

Asal Mula Rokok dan Zat yang Ada di dalamnya

1.1.10
"Kamu merorok lagi, katanya sudah berhenti.....?."tanya seseorang pada temannya.

"Mau sih tapi kalo nggak ngerokok pikiran jadi kacau." kata seseorang yang ditanya tadi memberi jawaban.

Memang rokok sulit untuk lepas dari kehidupan orang banyak, ada yang mengatakan rokok itu memberi ketenangan, membantu pikiran dan sebagainya. Lalu rokok itu awalnya untuk apa ya, lalu apa saja yang terkandung di dalamnya yang menyebabkan orang jadi ketagihan merokok...?

AWALNYA ROKOK UNTUK PENGOBATAN



Banyak perokok yang kesulitan untuk berhenti. Mereka mengalami kebimbangan yang lumayan hebat. Tak sedikit yang tahu bahaya merokok tapi takut kehilangan ' positif ' dari rokok itu sendiri.

Dilihat dari sejarahnya bahan dasar rokok tembakau, awalnya memang untuk obat. Christopher Colombus (penjelajah dan penemu benua Amerika) dalam jurnalnya mencatat bahwa tembakau digunakan oleh penduduk asli Amerika Selatan untuk pengobatan. Namun saat ini berubah terbalik karena ada campuran rekayasa di dalamnya.



ADANYA REKAYASA KIMIA

Manfaat 'postif' rokokjuga diakui oleh dokter spesialis paru - paru, Dr.Pradjina Paramita, Sp.p.
"Banyak perokok yang mendapatkan peningkatan konsetrasi, mood, kemampuan belajar,mengurangi stress dan lelah, serta kemampuan memecahkan masalah saat menghisap sebatang rokok." tegas Dr. Paramota yang juga aktivis Yayasan Asma.

Tetapi nikotin zat yang terdapat pada rokok sebenarnya juga zat kimia beracun. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan karena menyebabkan kegagalan pernafasan. Tapi bukan pada nikotin masalahnya, karena pasti dosisnya sudah dibuat serinagn mungkin untuk sekedar memberi efek ketagihan.

DR.Jefferey S. Wigand, mantan wakil presiden Penelitian dan Pengembangan Brown & Willianson Tobacco Corporation, AS, mengatakan "Saat ini komposisi rokok bukan lagi campuran tembakau dan cengkih, cengkihnya malah sudah tidak ada sama sekali, melainkan ada semacam rekayasa kimia amonia yang ditingkatkan keasamannya". Ia melanjutkan, "Rekayasa ini juga membuat nikotin dalam tembakau jadi lebih cepat diserap oleh paru - paru, dan akhirnya akan berefek ke otak dan sistem saraf."

DR.Jefferey S. Wigand juga menemukan efek penambahan cita rasa yang bisa membahaykan paru - paru kita, yaitu unsur gliserol. Suatu unsur yang terbuat dari lemak hewani / nabati (manis rasanya) dan dicampur pada tembakau sebagai pelembab. Tapi, pada saat dibakar / menyalakan rokok, unsur kimiawi gliserol ternyata berubah menjadi acrolein (zat asam yang sangat tajam). Zat ini menurut amrican Council on Science an Health, dapat mengakibatkan peradangan paru - paru dan memicu kanker pada paru - paru.




Tips Jika Berniat Ingin Berhenti Merokok.

1. Niatkan dalam hati dengan sungguh - sungguh.
2. Jauhi rokok, kalau bisa jangan hanya mengurangi karena tak berpengaruh.
3. Alihkan keingnan dengan mengkonsumsi permen / ngemil (yang rendah kalori tentunya)
4. Perbanyak minum air putih, vitamin buah serta sayur.
5. Rutin berolah raga agar tetap fit.


Read more ...